29 Oktober 2009

Sajakmu

seperti matahari melangkah cakrawala
menatap bumi di angkasa raya. Cerah
adalah kata yang menyala-nyala

Ingin Itu

Aku ingin miliki itu
Dimana liuk sungai itu, yang tiada henti
Seperti bara gunung itu, yang api abadi

Aku ingin miliki itu
Yang warna biru itu, seperti selimut angkasa
Seperti bunga itu, yang indah tak bersuara

Aku ingin itu
Ketika kemarau yang terlupa musim itu
Seperti milik kau itu, yang menunggu disitu

Langkah Kemarau

Pegunungan, tebing-tebing, tempat kemarau melangkah
Tanah basah, ladang-ladang rerumputan, batu-batu tinggi
Arus sungai hingga pesisir pantai

Getah pinus dan wangi cemara membeku di kulit kayu
api malam yang menyala membakar sunyi kelana
Batu andesit sangkar elang, tali tinggi terpasak mati
mengikat jiwa yang tualang dengan cinta yang sederhana
Deras air menuju hulu, seliuk pinggul ratu sejagat
mencium wangi gerimis senja di muka muara yang bertemu

Dan masih
Kemarau masih melangkah

Saat Fajar

Harum angin dari timur
Hinggap di pucuk daun pandan
Wanginya.! Sewangi bunga matahari

Doa Kemarau

Di rentan musim ini, juga di sudut waktu ini
Ketika malam sedang mengigil. Gerimis doa jatuh merintik

Sejak kemarau itu
Aroma bumi tertidur, warna bunga tertunduk
Sejak kemarau yang keras itu
Udara malam berlarian, luka-luka pohon terkelupas
Sejak kemarau yang lupa itu
Uap air mengancam lagi. Dari balik awan yang teduh

Di garis-garis cahaya yang purnama
Lolongan doa merambat udara
Kepada hujan yang menatap liar
Dengan taringnya yang menyala

25 Oktober 2009

Di Taman Bunga

I
Aku tau kau indah
Kau juga tau aku pecinta
Tapi waktu belum memihak kita
Apa itu salahku?
Ingin ini ada, untuk memetikmu
Kurasa kau juga tau disitu
Tapi, kenapa ada ragu-ragu
Apa itu salahmu?
Pikirku, bila dipetik, apakah kau mau, dipandang setiap saat
Disentuh setiap pagi, disiram setiap sore, dikecup setiap malam
Jujur saja, warnamu unik, dan aromamu semerbak

II
Di tamanku ini tak ada bunga, yang dulu itu sudah layu, kusam
Bukan tak pernah kusiram, tapi, karena tak tahan cuaca
Dan kemarin, sudah diambil orang, mau dirawat katanya
Ditanam lagi, dipupuk lagi, untuk dikawinkan dengan bunga impor

Tapi kau, seketika saja tumbuh tanpa terpaksa, mengagumkan pula
Tak pernah kulihat yang sepertimu, bertangkai panjang, sedikit berdaun
Kelopak-kelopakmu tersusun rapih, meskipun tampak berduri, tapi anggun
Jujur saja, siapapun tak-kan mampu mengabaikanmu