04 Agustus 2012

Bagai Injil

Aku akan membacamu dengan khusyuk, bagai buku Injil.
Dari lembar baju pendahuluan, masuk kekulit ayat-ayat sucimu.
Dari kejadian, kisah roh dan dagingmu, tulang belulang mazmurmu,
sampai ke wahyu jiwamu. Lalu aku akan tinggal diam di dalam hatimu,
untuk membaca diriku sendiri. 

Kerumah-Mu

Jalan kerumah-Mu menanjak dan penuh batu
Dan ketika aku terjatuh
Gunung-gunung tertunduk malu

Butuh Cahaya

Kau telah bakar api di jiwaku yang hampir mati
Jangan padamkan sejenak sebab kau dan aku butuh cahaya

Mungkin aku hanyalah sebuah belati yang hampir berkarat
Sendiri dan berbahaya, bila tersayat kau akan hanyut dalam luka
Sedangkan kau, deretan bunga-bunga di bukit sunyi
Indah membentang, elok berwarna, manis di kecup

Sejuta ingin untuk memetikmu lantang dan merdu
Seperti kicau burung di minggu pagi yang agung 
Seperti doa-doa yang diucapkan ibu di semalam suntuk
Dan akan kurangkai dalam vas bunga dalam ruang hatiku

Tetapi,  aku takut tertusuk durimu, atau
Aku yang akan merusak kelopak-kelopakmu

Atau mungkin, kupatahkan saja belati ini
Dan kunyanyikan kidung di bukit sunyimu
Saling menatap api yang tak pernah padam

Danau

Biarkan saya berenang menuju mimpimu. Menjadi ikan terang
dalam lelap tidurmu. Karena kau adalah danau bagi sajak-sajakku. 

Mandi

Saya ingin mandi dalam rintik gerimis senyummu.
Berendam bermain perahu di sunyi air mata itu.
Dan tenggelam dalam hangat tubuhmu.

Deasy

Aku telah menjadi syair lagu, yang berjudul namamu.

Deasy

Aku ingin tidur di bening matamu yang bulat bagai purnama.
Aku ingin lelap di senyum mungil itu yang seputih bunga salju.
Inginku adalah hujan yang tak henti-hentinya bergemericik merdu.!

Sesekali Kunjungi Aku

Tu(h)an, sesekali datanglah kesini, ke kamarku ini.
Nanti akan kubuatkan teh manis dari air mata ibu.
Kubuatkan kue kering yang kugoreng dengan keringatku.
Dan ketika senja tiba, kuajak Kau jalan-jalan keluar rumah.

Kita ke kolong-kolong jembatan, tempat anak-anakmu
tidur beralaskan koran yang berisi berita-berita politik kotor.
Kita ke tempat-tempat pembuangan sampah tempat mereka
mendirikan istana-istana dan mengais rejeki untuk anak-anaknya.
Lalu kita ke Aceh, ke Bantul, ke Maluku, keliling-keliling
lihat tempat-tempat yang pernah dilanda musibah.

Kita ke negara-negara lain seperti Afganistan, India, Afrika, Amerika,
buat perbandingan saja sapa tau ada yang perlu untuk kau benahi kembali.

Setelah itu kembali ke rumahku, atau masuk saja langsung ke dalam jiwaku.
Tata kembali hatiku yang mulai berserakan, sapu isi otakku yang sudah kotor.
Dan jangan lupa seting ulang nasibku, agar cocok untuk jaman sekarang.
Agar bisa menjadi berkat, bahkan sudah mati.

Setelah itu, silahkan lanjutkan perjalanan-Mu,
kunjungi anak-anak-Mu yang lain.