Perjalanannya masih panjang
Tapi tubuh sudah kering kerontang
Umurnya masih muda waktu
Seumur pohon tebu, lagi manis-manisnya di seduh
Tapi jalanan mendandaninya debu
Mendidiknya lewat cuaca, menelanjangi mata kata
Ayahnya adalah malam, ibunya sudah lama tak pulang
Ukulele saudari sematinya, tanpanya makan jadi basi
Gadis berkerudung bulan
Jual suara di bawah rembulan
Mimpinya tak besar. Cuma cukup untuk semalam
Sesekali bulan mati. Sesekali malam mencurinya
Aku ingin membacamu dengan khusyuk, bagai sebuah Kitab. Lalu aku akan tinggal diam di dalam hatimu untuk membaca diriku sendiri.
09 Februari 2011
Pinorbo
“Maaf buah mangganya sudah habis,
tapi aku masih menyimpan kulitnya.”
Aku tak suka mangga
aku lebih mencintai kulit pisang
agar bisa kuletakkan ditengah jalan
Karena;
Puisiku naksir kibaran sarungmu
tapi aku masih menyimpan kulitnya.”
Aku tak suka mangga
aku lebih mencintai kulit pisang
agar bisa kuletakkan ditengah jalan
Karena;
Puisiku naksir kibaran sarungmu
Sebatang Sisa
Sebatang malang
Tak kan ku hisap
Walau bibir memaksa
Dan dingin me-nganga di dada
Sebatang sisa
Tak ada perkara
Meski mengusik jemari kata
Biar malam kubakar lara
Sebatang sisa semalam
Terbakar dalam angan
Jadi asap melayang awam
Tak kan ku hisap
Walau bibir memaksa
Dan dingin me-nganga di dada
Sebatang sisa
Tak ada perkara
Meski mengusik jemari kata
Biar malam kubakar lara
Sebatang sisa semalam
Terbakar dalam angan
Jadi asap melayang awam
Cermin Tua
Bulat tak sempurna
Karena retak di tengah
Sore hari kau bilang tampan
Paginya bungkam suara
Menunggu setia sudut ruangan
Pantulkan sepi hingga ke ujung
Entah berapa tampang sudah terekam
Sementara Tuan telanjang diri
Carmin tua tampak sendiri
Karena retak di tengah
Sore hari kau bilang tampan
Paginya bungkam suara
Menunggu setia sudut ruangan
Pantulkan sepi hingga ke ujung
Entah berapa tampang sudah terekam
Sementara Tuan telanjang diri
Carmin tua tampak sendiri
Senja Borneo
Hari ini aku melukis senja
Di tepian laut borneo
Dengan kata-kata dari bulat mata
Hari ini senja melukisku
Dengan kuas awan langit borneo
Lukisan lelaki di dermaga kayu
Biru langit, coklat kayu
Barisan perahu tepi laut
Berbatas senja di cakrawala
Kami saling melukis diri
Di tepian laut borneo
Dengan kata-kata dari bulat mata
Hari ini senja melukisku
Dengan kuas awan langit borneo
Lukisan lelaki di dermaga kayu
Biru langit, coklat kayu
Barisan perahu tepi laut
Berbatas senja di cakrawala
Kami saling melukis diri
Jarak
Sahabat..
kuceritakan sedikit tentang jarak
Ia takkan kenal lelah, meskipun hari-harinya berkelana
Sepi dan sunyi jadi sahabat ketika malam terjaga
Dan keramaian hanya ada dipersinggahan
Arah angin tak akan berpengaruh sedikitpun baginya
Bahkan ketika jejak-jejak tak lagi ditemukannya
Aroma anggur dan tembakau melangkah bersamanya berdampingan
Dan jarak adalah jarak, jangan kau ukur dengan logika
Karena sedekat apapun itu ada rahasia yang tak mungkin kau ungkap
kuceritakan sedikit tentang jarak
Ia takkan kenal lelah, meskipun hari-harinya berkelana
Sepi dan sunyi jadi sahabat ketika malam terjaga
Dan keramaian hanya ada dipersinggahan
Arah angin tak akan berpengaruh sedikitpun baginya
Bahkan ketika jejak-jejak tak lagi ditemukannya
Aroma anggur dan tembakau melangkah bersamanya berdampingan
Dan jarak adalah jarak, jangan kau ukur dengan logika
Karena sedekat apapun itu ada rahasia yang tak mungkin kau ungkap
Sepanjang jalan
Disepanjang jalan dadaku terbuka
Menangkap warna dan gerak cahaya
Mengisi waktu dengan sunyi kelana
Kulukis setiap wajah dengan seksama
Kerutan-kerutan kulit dan lekuk kening
Juga usia tanah dan pepohonan
Disepanjang jalan
Selalu kulihat seorang tolol
Berbicara pada bayangannya sendiri
Menangkap warna dan gerak cahaya
Mengisi waktu dengan sunyi kelana
Kulukis setiap wajah dengan seksama
Kerutan-kerutan kulit dan lekuk kening
Juga usia tanah dan pepohonan
Disepanjang jalan
Selalu kulihat seorang tolol
Berbicara pada bayangannya sendiri
Terlelap
Aku rindu
Pada wangi tubuh
Keringat dan liurmu
“Seorang lelaki terlanjang
terlelap dibawah ketiaknya
setelah mengarungi gejolak jiwanya.”
Aku tetap rindu
Pada wangi tebu
Manis dan madumu
Pada wangi tubuh
Keringat dan liurmu
“Seorang lelaki terlanjang
terlelap dibawah ketiaknya
setelah mengarungi gejolak jiwanya.”
Aku tetap rindu
Pada wangi tebu
Manis dan madumu
Langkah
Langkahku setengah terbakar
Dan semangat hampir padam
Dalam sebuah perjalanan panjang
Menyapu daratan dengan telapak yang kian tipis
Menahan angin dengan tubuh ter-kikis
Melempari bintang dengan krikil-krikil malam
Siangnya, menghitung jarak dan tenaga
Dan semangat hampir padam
Dalam sebuah perjalanan panjang
Menyapu daratan dengan telapak yang kian tipis
Menahan angin dengan tubuh ter-kikis
Melempari bintang dengan krikil-krikil malam
Siangnya, menghitung jarak dan tenaga
Langganan:
Postingan (Atom)