06 Februari 2014

Jangan Tidur, Kabut

Sore itu aku tau, Kau biarkan ia terjatuh di jiwaku. Hangat dan hampir tak kusadarkan diri.
-- suaramu terlalu lantang ku dengar,
                meremukkan tulang-tulang, mengacaukan aliran darahku.
                                : menghentak di keramaian.--
Sebenarnya ingin ku-jaga ia tetap tersesat, tersandar lepas di lapang dada ini.
Ketika tiba-tiba semua terasa tenang, semua semakin bimbang. Dia akan menjadi bintang.
                -- suaramu., suaramu kenapa tiba-tiba merayu parau?
                                aku hanya mencoba jatuh tak terarah, tak ingin terpaku pada alam.
                                 : ada cahaya yang diam-diam kaunyalakan.--   
Sebab lelah masih terlalu luas membentang. Setiap langkah akan menjadi sunyi yang mengekang,
menjadi jejak bunga kembang yang tidak sepenuhnya sia-sia.   
-- dadaku sakit, napasku tersenggal-senggal kau dekap.
                 malam memandang pucat pada kita,  memberi waktu pada gerimis
                                 : untuk membaca isyarat daun.--
Sayup-sayup, kuucapkan dari dalam hati,
“jangan tidur Kabut, jangan tidur dalam kabut, nanti kau lelap dan hilang dilahap senja
yang diam-diam iri pada nyala cahaya diantara kita.”


**Kabut Telaga Warna**

Tidak ada komentar: