Sore itu aku tau, Kau biarkan ia terjatuh di jiwaku. Hangat
dan hampir tak kusadarkan diri.
-- suaramu terlalu lantang ku dengar,
meremukkan
tulang-tulang, mengacaukan aliran darahku.
:
menghentak di keramaian.--
Sebenarnya ingin ku-jaga ia tetap tersesat, tersandar lepas di
lapang dada ini.
Ketika tiba-tiba semua terasa tenang, semua semakin bimbang.
Dia akan menjadi bintang.
-- suaramu., suaramu kenapa tiba-tiba merayu parau?
aku
hanya mencoba jatuh tak terarah, tak ingin terpaku pada alam.
: ada cahaya yang diam-diam kaunyalakan.--
Sebab lelah masih terlalu luas membentang. Setiap langkah akan
menjadi sunyi yang mengekang,
menjadi jejak bunga kembang yang tidak sepenuhnya sia-sia.
-- dadaku sakit, napasku tersenggal-senggal kau dekap.
malam memandang pucat pada kita, memberi waktu pada gerimis
: untuk membaca isyarat daun.--
Sayup-sayup, kuucapkan dari dalam hati,
“jangan tidur Kabut, jangan tidur dalam kabut, nanti kau lelap
dan hilang dilahap senja
yang diam-diam iri pada nyala cahaya diantara kita.”
**Kabut Telaga Warna**
Tidak ada komentar:
Posting Komentar