18 November 2009

Si Hati Besi

Gadis, sudah sering ku kirim gerimis di pintu kamarmu
bunga-bunga mekar di halamanmu dan cahaya senja yang jingga
Ada juga kata-kata mungil yang purnama dengan sepotong hati tanpa nama
Tetapi,
kenapa kau simpan dalam kulkas itu, dalam lemari dari cairan besi itu

Kapan hati itu akan kau cincang, kau potong-potong seperti acar, lalu
kau masak, kau rebus jadi seikat kembang mawar
Atau kau masih akan terus menunggu, sampai
kata-kata menabrak langit dan masuk rumah sakit
(**)

1 komentar:

thomassilvano mengatakan...

sabi bung, imajinatif sekali puisimu!