Kau datang lagi
Tanpa isyarat yang pasti
Hinggap di tirai jendela malam
Ada tanda pada sayapnya yang terbelah
Patah di ujung ketiak, berbekas namun indah
Kau diam dalam bahasa, bercanda dengan tanya?
“Maaf kawan, tak ada bunga dalam ruangku ini
Datanglah nanti, bersama Musim Semi dan Kupu-kupu”
Tapi dia memilih terjun kedalam segelas kopi susu
Tenggelam dalam pahit-manis kata
Tidak ada komentar:
Posting Komentar