12 April 2009

SYAIR KEPADA LANGIT

Kami memohon satu bintang saja, dari sekian banyak yang selimuti malam
bila kau tak berkenan kapada kata-kami yang berlebih, maka aku-pun mampu
merawatnya menjadikan milik para petapa
Kepada halilintar boleh-lah jika sebatas menerangi gelap jalan menuju peluk ibu
agar rindu yang menggumpal, mencair di pangkuannya
untuk merendah berserah padam

Langkah ini makin gemetar dipaksa usia, meski tapak tak cukup gentar menghadap
jaman. Ketika hari makin sempurna dan lahir di tepi laut
Memulai kembali pencarian jejak-jejak masa depan, yang kadang terhempas di keramaian dan tersapu ombak masa lalu
Kadang menyudut pada dinding udara yang diam, kelabui mata karna bentuk
tersamar dalam sepi

Kami berdiri di padang-pandang yang sunyi, memuaskan makna yang luas
yang semakin liar seperti masih liar
Menunggu hujan yang ramah menjamah getir tubuh, sisa-kan sejuk pada pundi
pundi yang terbentuk dari tawa dan jerih, yang tersimpan untuk dahaga nanti
untuk dahaga ibu dan anak-anakmu
ketika nanti, saat terik bertamu

Kami terduduk dalam perahu, diatas bukit yang kau tunjukkan
Kami berlari tanpa tengok, menghindari petaka sucimu
seperti yang kau katakan, kami bertumbuh di tanah subur
seperti yang kau katakan, kami menui taburan rindu
seperti dalam buku, seperti syair lagu, seperti telah berlalu

Bila kata-kami terdengar berlebih, maka;
Aku memohon satu bintang saja
untuk menerangi perjalanan ini
temani aku dan perahuku


-perahukayu-

Tidak ada komentar: