Aku ingin sekali bermimpi
Kala datang saat bermekaran
Bermandikan senja merah yang hangat
Berlarian diatas cahaya dan udara
Ingin sekali aku ber mimpi
Sampai tak tidur berhari-hari
Tentang kegelisahan yang sungguh seksi
Bermimpi ingin aku sekali lagi
Tentang kelopak bunga dan matahari
Aku ingin membacamu dengan khusyuk, bagai sebuah Kitab. Lalu aku akan tinggal diam di dalam hatimu untuk membaca diriku sendiri.
18 April 2010
Batu Dan Karang
Aku karang kau batu
Tiada beda sama jauh pula
Kau batu aku karang
Keras kerak lama terkepal
Apa daya bila jiwa tak sempurna
Kau mencari aku didalam
Aku datang kau keluar malam
Apa dikata bila hati tak bersama
Sampai buta pun mata berkelana
Percuma saja senyum senja disana
Sebab cerita tak lagi menyala
Sedang cinta layu dipucuk bunga
Tiada beda sama jauh pula
Kau batu aku karang
Keras kerak lama terkepal
Apa daya bila jiwa tak sempurna
Kau mencari aku didalam
Aku datang kau keluar malam
Apa dikata bila hati tak bersama
Sampai buta pun mata berkelana
Percuma saja senyum senja disana
Sebab cerita tak lagi menyala
Sedang cinta layu dipucuk bunga
Kutelan Sepi
Sudah malam kata-kata
Cahayanya menipis sampai di mata
Kupandangi saja bintang di atas kepala
Hilang makna. Kau dinanti disana
Dia sangka siapa di dalam sana
Peminta-minta dengan luka di muka
Sang pemberi sunyi datang terbuka
Kutelan sepi seperti obat penuh duri
Kata orang dunia sudah terbalik
Kata dunia orang-orang yang membalik
Dia mengira sudah lelah jari-jari
Tetapi hati masih tetap mencari
"Sudah malam kata-kata
Cahayanya menipis sampai di mata."
Cahayanya menipis sampai di mata
Kupandangi saja bintang di atas kepala
Hilang makna. Kau dinanti disana
Dia sangka siapa di dalam sana
Peminta-minta dengan luka di muka
Sang pemberi sunyi datang terbuka
Kutelan sepi seperti obat penuh duri
Kata orang dunia sudah terbalik
Kata dunia orang-orang yang membalik
Dia mengira sudah lelah jari-jari
Tetapi hati masih tetap mencari
"Sudah malam kata-kata
Cahayanya menipis sampai di mata."
Burung Pelamun
Dijalan ini sahabat berpisah muka.
"Kutunggu kau di ujung simpang", katanya.!
Kaki kami tertuju pada cahaya dua arah.
Luka di telapak melebar hingga hilang dirasa.
Kami belum mengerti tentang apa perjalanan ini.
"Tanggung diputus sayang terlepas.
Bila mati sudah cinta terbebas.
Malam mimpiku siang milikmu.
Dimanakah letak jarak tersimpan?"
Kita.! Tahukah arti itu?
Tentang burung-burung pelamun.
Yang meniup seruling di pucuk-pucuk pagi.
Dan malamnya mengetuk-ngetuk pintu sunyi..
"Kutunggu kau di ujung simpang", katanya.!
Kaki kami tertuju pada cahaya dua arah.
Luka di telapak melebar hingga hilang dirasa.
Kami belum mengerti tentang apa perjalanan ini.
"Tanggung diputus sayang terlepas.
Bila mati sudah cinta terbebas.
Malam mimpiku siang milikmu.
Dimanakah letak jarak tersimpan?"
Kita.! Tahukah arti itu?
Tentang burung-burung pelamun.
Yang meniup seruling di pucuk-pucuk pagi.
Dan malamnya mengetuk-ngetuk pintu sunyi..
Ujung Utara
Keram dadaku getar jantungku
Mendengar darah di ujung utara
Gelap langkah berjalan dengan senjata
Lawan saudara dengan air mata
Bakar, lempar, tunjang
Doa-doa tertikam
-mbah priuk-
Mendengar darah di ujung utara
Gelap langkah berjalan dengan senjata
Lawan saudara dengan air mata
Bakar, lempar, tunjang
Doa-doa tertikam
-mbah priuk-
Tragedi Tanjung
Kau menikam aku sahabat!
Kenapa..? Padahal kita satu ayah diatas
Mereka menangisi aku, hingga darah air matanya
Ketika kau ukir namaku di ujung pisau ibumu,
di lemparan lembing batumu
Sama laut sama cakrawala, kita pandangi setiap waktu
Dari senja yang satu ke senja yang lain berganti
Dari jiarah ke jiarah yang sama,
kerap kali kita bertemu dalam doa
Dan nisanmu nisanku juga, tempat sujud dan sedekah
“tapi, bukankah mereka mati membawa arti,
yang memang berat untuk di mengerti”
Kenapa..? Padahal kita satu ayah diatas
Mereka menangisi aku, hingga darah air matanya
Ketika kau ukir namaku di ujung pisau ibumu,
di lemparan lembing batumu
Sama laut sama cakrawala, kita pandangi setiap waktu
Dari senja yang satu ke senja yang lain berganti
Dari jiarah ke jiarah yang sama,
kerap kali kita bertemu dalam doa
Dan nisanmu nisanku juga, tempat sujud dan sedekah
“tapi, bukankah mereka mati membawa arti,
yang memang berat untuk di mengerti”
Terpenjara
Rasanya seperti membusuk dalam kepompong. Bila,
bayang tak Nampak, waktu dimatikan, cahaya hilang nyala
menghitung-hitung jarak antara bulan dan matahari
diam membeku terpenjara diantara ilalang
Membusuk itu pedih
tubuhmu akan membiru kemudian semakin melebam
semakin melebam sampai mendekati warna hitam
lalu lembek dan berair, bau anyir..
Tapi kau hidup
menguras air mata
Tapi hidup,
seperti bersayap, tak lagi lambat dan lembab
penuh madu, berangin dan bercahaya
menangkap mata juga berguna di dadah
Tapi kau hidup,
menghitung jarak bulan dan matahari
bayang tak Nampak, waktu dimatikan, cahaya hilang nyala
menghitung-hitung jarak antara bulan dan matahari
diam membeku terpenjara diantara ilalang
Membusuk itu pedih
tubuhmu akan membiru kemudian semakin melebam
semakin melebam sampai mendekati warna hitam
lalu lembek dan berair, bau anyir..
Tapi kau hidup
menguras air mata
Tapi hidup,
seperti bersayap, tak lagi lambat dan lembab
penuh madu, berangin dan bercahaya
menangkap mata juga berguna di dadah
Tapi kau hidup,
menghitung jarak bulan dan matahari
03 April 2010
Si Korupsi
Nah kan!
Kalian ini
Para pencuri
Ketahuan lagi
Tipu sana-sini
Mau cari mati!
Sana, pergi
Masuk jeruji
Biar bersih
Ini Negeri
Lihat tuh anak istri, mereka sedih, makan uang basi
Kalian ini
Para pencuri
Ketahuan lagi
Tipu sana-sini
Mau cari mati!
Sana, pergi
Masuk jeruji
Biar bersih
Ini Negeri
Lihat tuh anak istri, mereka sedih, makan uang basi
Orang Tak Berbudi (Gayus, dkk)
Orang orang tak mengerti tentang arti diri
Itu sebab mereka berlari sendiri-sendiri
Padahal semua sudah ada disini
Tanpa perlu lagi korupsi
Yang ku tau harta hanya disini
Menumpuk-numpuk dalam hati
Kalau kamu cari maka makin lari
Mungkin mereka tak tau cara menggali
Atau mereka hanya kurcaci
Yang berhati kerdil
Itu sebab mereka berlari sendiri-sendiri
Padahal semua sudah ada disini
Tanpa perlu lagi korupsi
Yang ku tau harta hanya disini
Menumpuk-numpuk dalam hati
Kalau kamu cari maka makin lari
Mungkin mereka tak tau cara menggali
Atau mereka hanya kurcaci
Yang berhati kerdil
Diam-diam
Kemarau akan datang lagi
Lembar demi lembar waktu terlepas
Diam-diam kukumpulkan rintik hujan
Diam-diam pula ia bersembunyi diri
Detik-detik jam yang berputar
Menghitung sajak-sajak yang terkapar
Diam-diam kupunguti kata demi kata
Diam-diam pula ia meracik makna diri
Lembar demi lembar waktu terlepas
Diam-diam kukumpulkan rintik hujan
Diam-diam pula ia bersembunyi diri
Detik-detik jam yang berputar
Menghitung sajak-sajak yang terkapar
Diam-diam kupunguti kata demi kata
Diam-diam pula ia meracik makna diri
Hanya
Saya bukan sedang merayu
Seperti sekotak coklat valentine
Atau setangkai bunga mawar merah
Hanya saja, tak mau ada luka tertinggal
Seperti sekotak coklat valentine
Atau setangkai bunga mawar merah
Hanya saja, tak mau ada luka tertinggal
Kutiupkan Kata
Ada kata-kata yang selalu datang tanpa kenal menyerah
Menghinggapi daun-daun, berlarian di kabel-kabel telepon
Melayang bersama udara lalu menyelinap dari jendela itu
Ada kata-kata yang kemudian kurangkai selembut mungkin
Kutiupkan dari bibir ini untuk menyentuh bibir mungil itu
Kata-kata hambar tak ada rasa, namun hangat sampai di jiwa..
Menghinggapi daun-daun, berlarian di kabel-kabel telepon
Melayang bersama udara lalu menyelinap dari jendela itu
Ada kata-kata yang kemudian kurangkai selembut mungkin
Kutiupkan dari bibir ini untuk menyentuh bibir mungil itu
Kata-kata hambar tak ada rasa, namun hangat sampai di jiwa..
Di Ujung Jalan Itu
Di halaman rumahku telah kutanam namamu
Meskipun tak dapat kau temukan nanti
Karena rumahku hanya setumpukan sajak-sajak
Dalam kamarku ada senyummu dalam vas bunga
Meskipun tak dapat kaubaca nanti
Karena kamarku adalah bunga- bunga itu
Jangan kau lupa jika jantungmu berdetak keras nanti
Ketika kita berhadapan atau ketika kusentuh tubuhmu
Sebab diujung jalan itu telah kutuliskan nama kita
Meskipun tak dapat kau temukan nanti
Karena rumahku hanya setumpukan sajak-sajak
Dalam kamarku ada senyummu dalam vas bunga
Meskipun tak dapat kaubaca nanti
Karena kamarku adalah bunga- bunga itu
Jangan kau lupa jika jantungmu berdetak keras nanti
Ketika kita berhadapan atau ketika kusentuh tubuhmu
Sebab diujung jalan itu telah kutuliskan nama kita
Bunga Dan Kayu Jati
Sejuta makna yang coba kuterjemahkan dalam setiap kata
Setiap langkah, setiap sunyi yang beku
Juga di setiap malam yang begitu berkabut
Tak inginkah kutemukan kau dalam sendirimu
Ataukah batang kayu jati itu harus kupatahkan
Sedangkan bunga masih mekar pada pucuknya
Setiap langkah, setiap sunyi yang beku
Juga di setiap malam yang begitu berkabut
Tak inginkah kutemukan kau dalam sendirimu
Ataukah batang kayu jati itu harus kupatahkan
Sedangkan bunga masih mekar pada pucuknya
Cahaya Itu
Hanya sisa-sisa gerimis yang datang menghibur sore itu
Setelah lelah ia bertutur lewat mendung di langit biru
Dan kata-kata yang tersusun terus menerus tanpa batas
Mengantarkan sunyi yang tak berujung, tak beralas
Ku coba lukis senyummu pada udara malam yang dingin
Namun tiada warna kutemukan dalam lekuk namamu
Cukup sering kutanyakan pada sinar bulan yang bening
Tentang arti cahaya-cahaya itu, yang datang hanya terkadang
Dari bulat matamu ketika akhir pertemuan kita tempo dulu
Pada garis bibirmu yang tersenyum seketika itu menikam di benakku
Setelah lelah ia bertutur lewat mendung di langit biru
Dan kata-kata yang tersusun terus menerus tanpa batas
Mengantarkan sunyi yang tak berujung, tak beralas
Ku coba lukis senyummu pada udara malam yang dingin
Namun tiada warna kutemukan dalam lekuk namamu
Cukup sering kutanyakan pada sinar bulan yang bening
Tentang arti cahaya-cahaya itu, yang datang hanya terkadang
Dari bulat matamu ketika akhir pertemuan kita tempo dulu
Pada garis bibirmu yang tersenyum seketika itu menikam di benakku
Tentang Kata
Aku adalah kepak sayap
menghamba pada belantara
menanti takdir akan makna
ditikam hari yang tergesa
memasung mimpi-mimpi
Layaknya awan di tangan angin
tak berjejak dihembus, tiada tuan
rindu untuk menghujani hari
dan menjelma telaga tenang
Memang aku yang melebur di hulu
liar beterbangan menghampirimu
ketika sempurna, seperti mati
terlahir oleh jari-jari
Karena aku juga kamu
seakan mengalir tanpa batas
bermain peran dan watak
untuk mati dan berenkarnasi
Karena aku juga kita
melompat ke alam pikiran, seketika
menyusup ke relung jiwa
hingga tiba di ujung pena
menghamba pada belantara
menanti takdir akan makna
ditikam hari yang tergesa
memasung mimpi-mimpi
Layaknya awan di tangan angin
tak berjejak dihembus, tiada tuan
rindu untuk menghujani hari
dan menjelma telaga tenang
Memang aku yang melebur di hulu
liar beterbangan menghampirimu
ketika sempurna, seperti mati
terlahir oleh jari-jari
Karena aku juga kamu
seakan mengalir tanpa batas
bermain peran dan watak
untuk mati dan berenkarnasi
Karena aku juga kita
melompat ke alam pikiran, seketika
menyusup ke relung jiwa
hingga tiba di ujung pena
Sajak Reformasi
Dentuman bom asap mata itu kembali terdengar dalam tidurku
Dibarisan depan teman dan sahabat berdampingan
Rentetan senjata berbunyi lagi, orang-orang berlarian menyelamatkan diri
Reformasi menangis, hanya sahabat tetap melawan..
Bantuan telah tiba, mengusik lapar para relawan
Semua terlihat mendukung pergerakan, untuk revormasi
Kami makan dengan lahapnya, beberapa hanya tampak mengamati
Reformasi telah dikhianati, kami tergeletak dihentak racun
Sweeping aparat, kata seseorang dihadapan ban terbakar
Teman-teman mengikuti, membara semangat revormasi
Terlihat selintas baju hijau dalam mobil dinas, menjadi buas
Reformasi telah buta, kami brutal karena dendam serupa
Para wakil berganti, berunjuk rasa atas nama revormasi
Semangatnya masih hangat, mengalirkan aspirasi
Kami bergantung, pada wakil, pada janji juga semangat api
Reformasi berbohong, semangat disuap, moralnya telah mati
Dibarisan depan teman dan sahabat berdampingan
Rentetan senjata berbunyi lagi, orang-orang berlarian menyelamatkan diri
Reformasi menangis, hanya sahabat tetap melawan..
Bantuan telah tiba, mengusik lapar para relawan
Semua terlihat mendukung pergerakan, untuk revormasi
Kami makan dengan lahapnya, beberapa hanya tampak mengamati
Reformasi telah dikhianati, kami tergeletak dihentak racun
Sweeping aparat, kata seseorang dihadapan ban terbakar
Teman-teman mengikuti, membara semangat revormasi
Terlihat selintas baju hijau dalam mobil dinas, menjadi buas
Reformasi telah buta, kami brutal karena dendam serupa
Para wakil berganti, berunjuk rasa atas nama revormasi
Semangatnya masih hangat, mengalirkan aspirasi
Kami bergantung, pada wakil, pada janji juga semangat api
Reformasi berbohong, semangat disuap, moralnya telah mati
Sajak Mandi
Kubongkar lagi seluruh selubung tubuh
dan angin menatap dengan mata telanjang
Kusingkirkan semua helai dan ikatan
semua simpul dan ingatan
Hingga tampaklah rimbun rerumputan
diselah-selah tanah tandus, disekitar sudut-sudut rahasia
Langkah kaki segera beranjak menuju pintu dibalik cermin
pintu berlambang kepolosan, kemurnian tubuh tanpa kata-kata
Kau tak boleh masuk sebelum kau tanggalkan segala sampah yang melekat
sampah dunia yang berbentuk dan berbau, segala yang terlihat oleh mata
Sungai yang mengalir dibalik pintu dan berhulu dalam bak itu
telah merindukanku sebelum aku sempat bertanya
Setelah itu, ku kunci rapat pintu tanpa celah, agar anginpun tak dapat mengintip
lalu ritualpun dilaksanakan, ritual wajib di pagi hari
dan sore hari bila tak lupa.
dan angin menatap dengan mata telanjang
Kusingkirkan semua helai dan ikatan
semua simpul dan ingatan
Hingga tampaklah rimbun rerumputan
diselah-selah tanah tandus, disekitar sudut-sudut rahasia
Langkah kaki segera beranjak menuju pintu dibalik cermin
pintu berlambang kepolosan, kemurnian tubuh tanpa kata-kata
Kau tak boleh masuk sebelum kau tanggalkan segala sampah yang melekat
sampah dunia yang berbentuk dan berbau, segala yang terlihat oleh mata
Sungai yang mengalir dibalik pintu dan berhulu dalam bak itu
telah merindukanku sebelum aku sempat bertanya
Setelah itu, ku kunci rapat pintu tanpa celah, agar anginpun tak dapat mengintip
lalu ritualpun dilaksanakan, ritual wajib di pagi hari
dan sore hari bila tak lupa.
Melampaui Batas
Selalu kulari lampaui batas
batas cakrawala, batas mata
batas tertinggi, batas kedalaman
batasan cinta
Tetap kulari lampaui batas
batas malam, batas matahari
batas hari, batasan hati
batas kata, batas cerita
batas nyata, batasan diri
Kulampaui lagi segala batas
batas warna, batas hidup
batas dunia, batas cahaya
batasan gelap, batas logika
Semakin kulari dilampaui batas
tersandung kacau segala batas
jatuh tersungkur
dan termenung tentang batas
tentang isi dalam batas
isi tanpa batas
batas cakrawala, batas mata
batas tertinggi, batas kedalaman
batasan cinta
Tetap kulari lampaui batas
batas malam, batas matahari
batas hari, batasan hati
batas kata, batas cerita
batas nyata, batasan diri
Kulampaui lagi segala batas
batas warna, batas hidup
batas dunia, batas cahaya
batasan gelap, batas logika
Semakin kulari dilampaui batas
tersandung kacau segala batas
jatuh tersungkur
dan termenung tentang batas
tentang isi dalam batas
isi tanpa batas
Langganan:
Postingan (Atom)