26 Juli 2012

Mimpiku Hangus

Sudah lama saya rindu dengan rumah, karena rumahku kini lupa jalan pulang.
Dulu saya sering tidur di pelukannya sampai air liur mengalir keras.
Saking enaknya tidur kadang matahari yang selalu muncul di jendela merasa malu
dan enggan bersinar. Sampai-sampai disuruhnya awan untuk mengguyur rumahku.

Rumah jadi kedinginan, diguyur sepi sepanjang waktu. Karena gigilnya sungguh dalam
seisi rumah jadi bergetar. Semula kukira gempa, jadi saya lari keluar rumah tanpa baju
tidak tanpa celana. Kemudian saya berlari kedalam mimpi dan kutemukan sebuah pintu.
Di balik pintu kudapati ibu yang sedang menyapu, kukatakan padanya.
“Jangan sapu mimpi-mimpiku bu.”
“Tidak, ibu hanya memindahkannya ke dalam ruang mimpi ibu. ” Lalu ibu seketika 
lenyap begitu saja. 

Tak lama kemudian, ayah menggedor-gedor pintu kamarku sambil berteriak-teriak,  
“bangun-bangun, mimpimu sudah hangus terpanggang waktu.”

Tidak ada komentar: