Di sebuah pasar yang sepi, aku bertemu penyair itu.
Wajahnya pucat berkarat, dihiasi senyum yang hangat.
Dengan seikat sajak di tangan kirinya.
Segenggam mimpi di saku kanan celana.
Tatap matanya seruncing pensil yang di serut waktu.
Kata-kata di sekelilingnya, menyusun maknanya sendiri.
Di seluruh tubuhnya seperti sebuah cermin.
Memantulkan cahayanya sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar